Senin, 02 Juli 2012

Selamatkan Perempuan dan Anak dari Kematian Sia-sia Akibat HIV & AIDS

Mengerikan dan memprihatinkan, kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana belenggu HIV-AIDS makin terasa diJawa Tengah. Bayangkan sampai dengan Maret 2012 telah tercatat 4.922 kasus, dengan rincian 2.769  infeksi HIV dan 2.153 kasus AIDS dan sebanyak 603 jiwa  (28%) diantaranya telah meninggal dunia akibat penyakit yang mengerikan ini. Penyakit yang dulu hanya bisa kita bayangkan mengingat penyakit ini berasal dari kaum homoseksual di Afrika sekarang telah merambah hampir di seluruh dunia bahkan telah ada di sekitar kita.
Lebih mencengangkan lagi berdasarkan data yang tercatat bahwa prosentase tertinggi penderita HIV-AIDS justru dari kalangan ibu rumah tangga . Peningkatan kasus yang demikian cepatnya terutama pada kalangan ibu dan anak yang tak berdosa memerlukan konsistensi  penanganan pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS yang terorganisir,terorganisasi, terencana, terarah dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu, pemerintah bersama-sama dengan swasta, LSM, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat untuk bahu membahu bersama memerangi HIV-AIDS dengan menangani penderita HIV-AIDS secara baik dan memproteksi masyarakat supaya tidak tertular penyakit HIV-AIDS .
Menghadiri rapat Koordinas Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan pada hari kamis 28 Juni 2012 di Surakarta, membuka pikiranku betapa banyak persoalan bangsa yang belum terselesaikan diantara banyaknya persoalan bangsa lainnya seperti kasus korupsi yang menggerogoti integritas bangsa, masalah kesehatan masyarakat, trafficking, pengangguran, kemiskinan dan  mentalitas masyarakat yang apriori terhadap pembangunan serta  tekanan globalisasi yang mengancam sendi kehidupan masyarakat yang belum siap dengan arus perubahan yang demikian cepat.
Acara Rakor yang dibuka oleh Wakil Walikota Surakarta dan dengan keynote speaker Wakil Gubernur Jawa Tengah Ibu Hj. Rustriningsih , kemudian dilanjutkan dengan pengisian materi dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Guru Besar dari UNIKA Soegiyapranata mengalir begitu saja tanpa kesan. Sampai kemudian aliran darah dan urat syaraf seakan terhenti ketika seorang wanita yang masih sangat muda sekitar 16 tahun berdiri di depan dan suaranya yang parau memecah keheningan ruang Pendapi Gede Balaikota Surakarta. Memey begitu dia memperkenalkan dirinya, usia 12 tahun sudah bekerja membanting tulang untuk keluarganya menjadi pembantu RT, ceritanya mengalir sampai kemudian terjebak menjadi dan dipaksa menjadi penghuni lokalisasi Tretes malang Jawa Timur, entah berapa puluh atau ratus laki-laki yang sudah dia layani diusianya yang masih sangat muda itu. Kisah hidupnya terus berlanjut sampai kemudian dia menikah dengan laki-laki yang juga sama saja brengseknya dan dia sempat menjadi korban trafficking di Malaysia. Setelah sekitar 2 (dua) tahun diperdagangkan untuk hidung belang di Malaysia, akhirnya dengan susah payah memey berhasil kembali ke tanah air dan ketika ada program pemeriksaan test HIV-AIDS, memeypun harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya telah positif tertular HIV.
Semua peserta Rakor yang terdiri dari sekretaris KPA, ketua Bhayangkari, ketua Persit Chandra Kirana, Ketua TP PKK dan tokoh masyarakat anggota WPA dari 35 kabupaten/kota tercengang dan terdiam mendengar kisah memey bercerita sambil sesekali terisak dan mengusap airmatanya. memey  yang sangat manis dengan baju warna Pink dan jelana Jins yang membalut tubuh ringkihnya karena telah digerogoti HIV tampak tegar dan bersemangat ketika seluruh hadirin bertepuk tangan memberikan aplaus untuk dirinya. Sedikit embun penyejuk yang membahagiakan hatinya ditengah badai dan prahara hidupnya sudah ditentukan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi....Memey aku kagum terhadapmu !

Mendengar kisahnya , membuka mata kita semua bahwa HIV-AIDS telah memakan banyak korban orang-orang yang tak berdosa, lemah dan tak berdaya-nya mereka semua menghadapi rapuhnya sistem kesehatan, sistem sosial ekonomi dan sistem pendidikan dan sistem-sistem lainnya  di negeri yang sangat kita cintai INDONESIA RAYA. Andaikan kita semua memiliki sensitifitas dan pemimpin yang ada di negara ini bisa melihat, mendengar dan merasakan penderitaan Memey ataupun memey-2 yang lainnya, tentu masalah dan persoalan pelik bangsa ini bisa terselesaikan dengan baik, tapi kalo tidak maka bukan mustahil bangsa ini nantinya akan menjadi bangsa yang hilang "the lost state" karena tenggelam oleh banyaknya masalah yang membelenggu negeri ini..... So sad !!!



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda