Hachiko Makna Sebuah Kesetiaan, Kesabaran dan Perjuangan Cinta
Anjing adalah makhluk Allah yang bagi sebagian orang adalah binatang yang sangat menyenangkan dan dijadikan sebagai teman ataupun penunggu rumah. Namun anjing juga digambarkan sebagai sosok yang perlu dihindari karena air liur, air kencing dan kotorannya bagi umat Islam termasuk najiz Muholadhoh . Walopun demikian, pernah dikisahkan ada seorang pelacur yang berusaha menyelamatkan nyawa seekor anak anjing yang terjebur ke dalam sumur dan dikatakan bahwa pelacur tadi masuk syurga karena telah menyelamatkan nyawa seekor anak anjing. Artinya bahwa anjingpun makhluk yang mulia sebagaimana makhluk Allah lainnya. Dengan kata lain tidak ada makhluk yang tidak mulia di mata Allah SWT, begitupun dengan manusia semuanya sama di hadapan Allah hanya tingkat keimanan yang membedakannya.
Hachiko nama seekor anjing yang sangat terkenal di Jepang
Akita adalah nama ras anjing asal daerah
Akita, salah satu wilayah sebelah utara Jepang. Anjing jenis ini adalah
tipe anjing penjaga dan pekerja bukan anjing mainan (toy dog)
Berpostur besar, berkarakter keras dan sangat mandiri atau
independen relatif susah untuk dilatih dan tidak aman untuk orang atau
binatang peliharaan lain. Video Akita.
Namun karena type anjing penjaga maka
Akita adalah type anjing sangat setia pada majikan. Akita akan
melindungi habis habisan semua anggota keluarga pemiliknya dari bayi
sampai orang tua, tanpa perlu dilatih sama sekali
. Entah sudah berapa kali kisah tentang Hachiko diceritakan namun aku ingin menulisnya sebagai penghargaanku akan arti sebuah kesetiaan, kesabaran dan juga
perjuangan untuk orang yang paling kita cintai. Tanpa mengurangi maknanya aku ingin menceritakannya melalui Blogg ini, sebagai ungkapan perasaan jauh kedalaman hati bahwa kesetiaan dan kesabaran bagai lautan lepas tanpa batas. Meskipun tidak mudah tapi berusaha untuk melewati lorong-lorong kehidupan yang terasa sunyi dan sepi demi perjumpaan dengan orang yang kita cintai. Mari ikuti ceritaku tentang "Hachiko Makna Sebuah Kesetiaan , Kesabaran dan Perjuangan Cinta" .
Hachiko meninggal pada Bulan Maret 1935 setelah menunggu tuannya hampir 10 tahun di stasiun Shibuya, tempat di mana tuannya pergi dan dilihatnya untuk terakhir kalinya. Karena kesetiaan dan kesabarannya menunggu tuannya yang sangat dicintainya, dia dijadikan ikon kesetiaan di negeri Sakura.
Saat itu musim dingin tengah melanda negeri Sakura atau Jepang, hampir semua bagian di alam terbuka tertutup oleh salju , baik jalanan, atap bangunan dan pohon-pohon semuanya tertutup salju yang tebal. Udara sangat dingin dan serasa menusuk tulang hingga sebagian besar warga masyarakat enggan keluar rumah dan melakukan aktifitas hanya dalam rumah di dekat perapian untuk menghangatkan badan.
Namun tidak demikian dengan seorang laki-laki tua yang bernama Profesor Hidesamuro Ueno yang tinggal sendirian di Kota Shibuya dengan ditemani seekor anjing yang diberi nama Hachiko. Hubungan anjing dan tuannya begitu akrab sehingga kemanapun Profesor Ueno pergi , Hachiko selalu mengantar dan mengiringinya. Ketika fajar menjelang dan pagi tiba, Hachiko dengan penuh gembira dan suka cita mengantar tuannya sampai ke stasiun kereta api karena Profesor Ueno mesti mengajar di Universitas dan berangkat menggunakan kereta api . Demikian yang dilakukan Hachiko setiap hari, dengan setia menemani Profesor sampai Stasiun Shibuya dan di stasiun ini pula Hachiko menunggui tuannya pulang tanpa beranjak pergi sebelum sang profesor kembali. Setiap Profesor Ueno pulang kembali dari mengajar dia selalu mendapati Hachiko sudah menunggu dengan setia di sudut stasiun tanpa mengenal lelah ataupun bosan.
Namun tidak demikian dengan seorang laki-laki tua yang bernama Profesor Hidesamuro Ueno yang tinggal sendirian di Kota Shibuya dengan ditemani seekor anjing yang diberi nama Hachiko. Hubungan anjing dan tuannya begitu akrab sehingga kemanapun Profesor Ueno pergi , Hachiko selalu mengantar dan mengiringinya. Ketika fajar menjelang dan pagi tiba, Hachiko dengan penuh gembira dan suka cita mengantar tuannya sampai ke stasiun kereta api karena Profesor Ueno mesti mengajar di Universitas dan berangkat menggunakan kereta api . Demikian yang dilakukan Hachiko setiap hari, dengan setia menemani Profesor sampai Stasiun Shibuya dan di stasiun ini pula Hachiko menunggui tuannya pulang tanpa beranjak pergi sebelum sang profesor kembali. Setiap Profesor Ueno pulang kembali dari mengajar dia selalu mendapati Hachiko sudah menunggu dengan setia di sudut stasiun tanpa mengenal lelah ataupun bosan.
Begitupun yang dilakukan pada suatu pagi dimusim dingins, sang Profesor
berangkat mengajar ke kampus dengan diantar oleh Hachiko sampai di stasiun. Gambaran tentang seorang profesor yang sangat setia
pada profesinya, meskipun udara sangat dingin tidak mengurungkan niatnya untuk
menempuh jarak yang jauh menuju kampus tempat beliau mengajar. Usia yang
semakin senja dan tubuh rapuhnya tidak mengurangi semangat juangnya yang tinggi masih terlihat sebagai gambaran masa mudanya yang sangat bersahaja. Begitu juga Hachiko, tumpukan
salju yang tebal dimana-mana , sama sekali tidak menyurutkan kesetiaannya untuk menemani tuannya berangkat mengajar. Dengan menggunakan jaket tebal dan payung untuk menghindari salju yang turun disertai hembusan angin yang dinginnya serasa merobek2 kulit,
Profesor Ueno berangkat ke stasun Shibuya diteman.
Bunyi
gemuruh mesin kereta api disertai suara peluit panjang memecah dinginnya pagi di Stasiun Shibuya menandakan kereta api siap berangkat menuju stasiun tujuan dan derit roda baja mengantar kepergian profesor Ueno, sementara Hachiko melepasnya dengan gonggongan ringan sambil memandangi kepergian tuannya sampai kereta hilang dari pandangannya.
Kegiatan Profesor Ueno selain jadwal
mengajar di kampus juga mempunyai tugas lain melakukan penelitian di laboratorium. Oleh karena itu, setiap selesai mengajar mahasiswa, beliau bersiap-siap
memasuki lab untuk melanjutkan penelitianya. Udara yang sangat dingin di luar melewati koridor kampus dan
menerpa Profesor yang kebetulan berjalan menuju laboratorium. Secara mengejutkan tiba-tiba Profesor Ueno merasakan sesak nafas seperti ada himpitan keras di dadanya, selanjutnya seorang staf pengajar lain mendapati Profesor Ueno
limbung dan pingsan.
Tak berapa lama setelah di bawa ke Rumah Sakit, dokter yang memeriksa menyatakan Profesor Ueno menderita penyakit
jantung, dan usaha mereka untuk menyelamatkan Profesor sia-sia dan Profesor Ueno
meninggal dunia. Berita meninggalnya Profesor segera disampaikan pada kerabat Profesor mereka datang ke
kampus serta memutuskan membawa jenazah profesor ke kampung halaman
mereka, bukan kembali ke rumah Profesor di Shibuya, tempat dimana beliau tinggal dengan belahan jiwanya Hachiko..... (menulis sambil menangis, hiks..hiks..)
Menjelang malam udara semakin dingin di
stasiun Shibuya, tapi Hachiko tak bergeming dengan menahan udara
dingin dengan perasaan penuh gelisah. Dalam benaknya berkata, semestinya Profesor Ueno sudah kembali, tapi sampai kereta api yang biasa mengantar tuannya kembali ke stasiun , tuannya tak kunjung datang. Sambil mondar-mandir di sekitar balkon stasiun, Hachiko mencoba
mengusir kegelisahannya sambil tak jemu-jemu memandangi arah dimana kereta api akan muncul. Beberapa orang yang ada di stasiun merasa iba dan tersentuh akan kesetiaan anjing itu dengan mendekat dan mencoba menghiburnya,
namun tetap saja tidak bisa menghilangkan kegelisahan hati Hachiko yang malang.
Hingga malam pun tiba, lalu lalang orang mulai berkurang dan satu persatu pergi meninggalkan stasiun . Stasiun semakin sepi sementara udara dingin malam di musim dingin semakin menusuk tulang tapi Hachiko masih meringkuk di pojokan stasiun menunggui tuannya kembali. Sesekali Hachiko melompat
menuju balkon setiap kali ada kereta datang, mengharap tuannya ada di
antara para penumpang yang datang tapi selalu saja ia harus kecewa,
karena Profesor Ueno tidak pernah datang dan kembali lagi. Hari terus berganti, sang profesor tak kunjung datang, namun Hachiko tetap menunggu dan menunggu di stasiun itu, mengharap
tuannya kembali lagi hingga tubuhnya makin kurus.
Para pegawai stasiun kasihan melihat kondisi
Hachiko dan penasaran kenapa Profesor Ueno tidak kunjung kembali. Lalu mereka mencoba
mencari tahu apa yang terjadi dengan sang profesor, sampai akhirnya mendapat kabar bahwa Profesor
Ueno telah meninggal dunia dan telah telah dimakamkan oleh kerabatnya di kampung halaman Profesor Ueno. Dengan hati-hati pegawai stasiun memberi tahu kepada Hachiko, kalau tuannya tak akan pernah kembali dan membujuknya supaya tidak usah menunggui tuannya lagi. Namun Hachiko tidak percaya dan tidak
peduli, dia tetap menunggui tuannya kembali dengan setia di tempat yang sama yaitu di Stasiun Shibuya tempat dimana untuk terakhir kalinya Hachiko mengantar kepergian tuannya. Hachiko tetap menungu dan menunggu tuannya dengan sebuah keyakinan bahwa tuannya pasti akan kembali kepadanya. Sampai akhirnya di pagi yang cerah, seorang petugas stasiun menemukan tubuh kurus Hachiko meringkuk kaku di pojokan stasiun. Tersebarlah berita yang menyebar hampir seantero negeri tentang
seekor anjing yang setia menunggu tuannya datang kembali walaupun tuannya sudah
meninggal. Selama 9 tahun lebih, Hachiko datang di
stasiun setiap harinya pada pukul 3 sore, saat dimana dia biasa menunggu tuannya pulang mengajar. Kesetiaan, kesabaran dan penantian panjangnya untuk bertemu kembali dengan tuannya yang sangat dikasihi dan dicintai dibawa sampai mati.
Untuk mengenang kesetiaan anjing itu, warga masyarakat di situ, membuatkan sebuah patung di dekat stasiun Shibuya sebagai penghargaan atas kesetiaan kepada tuannya. Hachiko meninggal pada Bulan Maret 1935 setelah menunggu tuannya hampir 10 tahun di stasiun Shibuya, tempat di mana tuannya pergi dan dilihat untuk terakhir kalinya. Karena kesetiaan dan kesabarannya menunggu tuannya yang sangat dicintainya, dia dijadikan ikon kesetiaan di negeri Sakura. Begitu tragis dan fenomenal sampai kisah tentang anjing Hachito menarik perhatian produsen film dan diwujudkan dalam bentuk film yang diberi judul HACHI dan dimainkan oleh aktor ternama Richard Gere yang terkenal dengan filmnya "Pretty Woman".
Demikianlah kisah tentang Hachiko, semoga membuka mata hati kita semuanya bahwa di dunia ini ada yang paling berharga dan tidak bisa tergantikan yaitu kesetiaan, kesabaran dan perjuangan untuk orang yang sangat kita cintai. Semoga kita selalu mendapat bimbingan dan ridha dari Allah SWT untuk bisa dipertemukan dan dipersatukan dengan orang yang kita cintai....Amin YRA.
Untuk mengenang kesetiaan anjing itu, warga masyarakat di situ, membuatkan sebuah patung di dekat stasiun Shibuya sebagai penghargaan atas kesetiaan kepada tuannya. Hachiko meninggal pada Bulan Maret 1935 setelah menunggu tuannya hampir 10 tahun di stasiun Shibuya, tempat di mana tuannya pergi dan dilihat untuk terakhir kalinya. Karena kesetiaan dan kesabarannya menunggu tuannya yang sangat dicintainya, dia dijadikan ikon kesetiaan di negeri Sakura. Begitu tragis dan fenomenal sampai kisah tentang anjing Hachito menarik perhatian produsen film dan diwujudkan dalam bentuk film yang diberi judul HACHI dan dimainkan oleh aktor ternama Richard Gere yang terkenal dengan filmnya "Pretty Woman".
Demikianlah kisah tentang Hachiko, semoga membuka mata hati kita semuanya bahwa di dunia ini ada yang paling berharga dan tidak bisa tergantikan yaitu kesetiaan, kesabaran dan perjuangan untuk orang yang sangat kita cintai. Semoga kita selalu mendapat bimbingan dan ridha dari Allah SWT untuk bisa dipertemukan dan dipersatukan dengan orang yang kita cintai....Amin YRA.